Simak 4 Fakta Menarik Cruiser Klasik SM Sport V16
Tak terasa sudah satu tahun SM Sport, di bawah bendera PT MForce Indonesia, beredar di Tanah Air. Namun jenama asal Malaysia itu tak terlalu banyak terdengar. Mereka mengandalkan V16 sebagai jagoan di kelas cruiser klasik seperempat liter.
Namanya kalah dibandingkan beberapa merek lain misalnya Benelli atau Kawasaki. Meski pamornya belum sehebat para rival, V16 sebenarnya punya beberapa variabel menarik yang tak lazim ditemukan pada kompetitor.
Secara tampilan mungkin 11-12 dengan brand lain. Tapi mesin dan kelengkapan fiturnya bisa jadi nilai jual. Nah berikut pembahasannya:
1. Mesin Dua Silinder V-Twin
Bagian paling menarik dari SM Sport V16 adalah konfigurasi mesin. Tak satupun kompetitor meramu dapur pacu dengan struktur V-Twin, layaknya cruiser Amerika Serikat. Atas rancangan itu suara yang keluar dari ujung knalpot lebih intimidatif.
Alunan dua piston begitu jelas terdengar, paling tidak dari pantauan kami di beberapa unggahan video. Gahar. Pun saat masih mengenakan sistem exhaust standar. Rasanya saat diganti pakai knalpot aftermarket, karakternya bakal makin kuat lagi.
Bukan cuma bebunyian, mesin V dua silinder turut memengaruhi estetika motor. Komposisinya jadi terlihat sesak dan berotot. Ruang mesin tak bersisa, dipenuhi kepala silinder serta box filter yang begitu besar. Hanya saja, perlu pengujian langsung untuk tahu seberapa panas ke area paha. Sebab salah satu risiko mesin V adalah suhu yang mudah menyebar ke dalam paha, akibat posisi cylinder head.
Baca juga: Edisi Spesial BMW R 1250 GS dan GS Adventure disertai Pembaruan, Masuk Indonesia 2021
Saingan utama V16 datang dari Cina, Benelli Patagonian Eagle. Ia jauh lebih dulu dikenal publik. Dan rasanya tak berlebihan menyebut sudah diterima banyak orang. Bisa dilihat dari populasinya yang mulai jamak di jalan, begitu pula di ranah custom motor. Meski begitu, ternyata V16 punya catatan performa lebih baik dari pada Patagonian.
Tengok catatan ini. Mesin V-Twin berkubikasi bersih 249,8 cc dengan padanan overstroke (49 mm x 66 mm). Kompresinya moderat di rasio 10:1, sementara sistem suplai bensin injeksi elektronik. Dari situ tercipta tenaga maksimal 18,7 Hp di 8.000 rpm dan torsi 19 Nm memuncak pada 6.000 rpm. Diklaim kecepatan puncaknya mencapai 120 kpj dan semua tersalur lewat transmisi lima percepatan manual ke roda belakang.
Patagonian EFI, alias seri terbarunya tak mampu menyaingi daya kuda maupun momen puntir. Selisihnya bahkan lumayan. Torsi maksimal mesin dua silinder segaris 249 cc mencatat angka 16,5 Nm/6.000 rpm, selisih 2,5 Nm dengan V16. Lantas tenaga maksimal lumayan berdekatan, 17,4 Hp.
Konstruksi mesin boleh jadi memengaruhi, begitu pula rasio kompresi lebih rendah (9,0:1). Kalau soal distribusi bensin ke ruang bakar sudah sama-sama injeksi elektronik, serta tenaga diakomodir girboks lima percepatan manual.
Baca juga: Honda BeAT 2020 Bekas, Menguntungkan Ketimbang Beli Baru?
2. Fitur Modern Lengkap
Secara wujud, V16 berpenampilan klasik. Tapi ia dikemas dalam interpretasi modern. Dari parasnya sudah bisa dilihat, ia mengenakan lampu utama LED, sampai ke sein dan stoplamp. Malah sorot cahaya utama tak mengandalkan reflektor biasa, melainkan pakai jenis proyektor. Yang dikenal memberi pancaran sinar lebih fokus sekaligus terang.
Panel dua kluster di kokpit tak hanya menyediakan jarum analog. Mereka memasang satu layar full digital untuk menampilkan data kecepatan, bensin, voltase aki, waktu, serta odometer. Tachometer digital pun tetap tersedia di layar. Kendati kluster satunya merupakan kluster analog penunjuk putaran mesin.
Peranti deselerasi sama sekali tak dianaktirikan. Depan belakang dipasang cakram besar, masing-masing dijepit kaliper piston ganda dan tunggal. Bagusnya lagi, sensor ABS dua kanal jadi bawaan standar.
Baca juga: Honda CBR 250 RR SP tanpa Quick Shifter Dijual Mulai Rp 72,7 Juta
3. Tampilan Cruiser Klasik
Tampilan V16 benar-benar tegas mencirikan cruiser klasik. Sudut kemiringan fork teleskopik dibuat besar mengejar posisi riding rendah. Berikut suspensi ganda di belakang yang turut dibuat setengah tidur. Tak heran wheelbasenya mencapai 1,52 meter, tapi memang itulah ciri khasnya.
Di lain sisi motor ini bakal lebih mudah dikendalikan postur standar. Pasalnya jarak jok ke tanah hanya 700 mm, dijamin bisa memijak sempurna. Sadel super tebal juga membuat duduk nyaman sekaligus menguatkan kesan klasik. Urusan ini, kami pernah mencoba langsung menungganginya meski hanya diam di tempat. Paling tidak cukup tergambar bakal seperti apa rasanya.
Posisi dan jenis stang turut menambah keergonomisan berkendara. Dengan genggaman agak tinggi dan lebar tangan jadi lebih nyaman. Apalagi, pijakan kaki membuat pengendara bisa merebah, sekaligus menyangga sempurna. Berkat dek footstep seukuran kaki.
Bodi dan finishingnya perlu diakui cukup detail. Area blok mesin – dari kepala silinder sampai bak crankcase – hampir seluruhnya dilabur kromium. Warna seperti ini jelas diadopsi dari cruiser ala Amerika Serikat, yakni Harley-Davidson. Motor jadi terlihat mewah.
Baca juga: Honda CRF1100L Africa Twin MY2021 Punya Warna Baru
Penggunan kelir mentereng itu pun tak terhenti di permukaan dapur pacu. Tutup rantai, beberapa list bodi, spion, hingga shock belakang juga senada. Uniknya, fork teleskopik turut dibungkus pelindung krom di bagian atas tabung. Sehingga dari jauh bentuknya menyerupai jenis upside down.
Sesuai karakter penjelajah, komposisi rodanya belang. Di depan berukuran 18 inci dengan profil 90/90. Lantas belakang diameternya 15 inci, 130/90 alias super lebar. Kedua ban dihias pelek alloy berpalang jamak dengan tampilan lawas.
Bicara keseluruhan tubuh, sebetulnya proporsional. Detail kualitas buatan juga sepintas patut diacungi jempol. Satu-satunya bagian yang kami rasa kurang enak dilihat, fender belakang. Dimensinya seperti kedodoran meski ban belakang begitu besar. Dengan memodifikasi ini, mungkin wujudnya bakal lebih baik.
Baca juga: AHM Gelar Edukasi Keselamatan Berkendara Daring Untuk 26 Universitas
4. Harga Masuk Akal
Tatkala disandingkan Benelli Patagonian Eagle, sebetulnya V16 jauh lebih mahal. PT MForce melego seharga Rp 52,8 juta OTR Jakarta, sementara Patagonian masih berkutat di nominal Rp 41 jutaan. Tapi jika melihat spesifikasi dapur pacu beserta performa, fitur elektronik, sampai peranti safety deselerasi, rasanya angka itu menjadi wajar. Masuk akal walaupun selisih Rp 11 jutaan. Untuk pilihan warna, sejauh ini baru tersedia tiga opsi: Hitam, putih dan biru.
Model SM Sport Lain
V16 bukan satu-satunya produk yang didatangkan PT MForce. Masih ada tiga motor lagi, masing-masing memiliki konsep atraktif. Dari mulai naked klasik kelas tengah, enduro 150 cc, hingga kembaran Honda Super Cub, bebek klasik berwujud ekspresif.
Naked bike bernama SM3 menjadi salah satu line up paling menarik setelah V16. Ia bersolek bak roadster klasik dari Inggris, dengan aksesori bodi super maskulin. Mesinnya dua silinder 400 cc, alias terbesar di antara yang lain. Spesies ini bahkan dijual Rp 80 jutaan, sangat kompetitif untuk bertarung di segmen tengah.
Sementara SM Sport GY150, bermain di segmen dual purpose pemula. Kemampuannya lumayan bagus. Ditambah nilai jual tak sampai Rp 20 juta. Begitu juga SM Classic, bebek atraktif ini dibanderol Rp 18,8 juta OTR Jakarta. (Hlm)
-
Jelajahi SM Sport V16
Model Motor SM Sport
Promo SM Sport V16, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Populer
Video Motor SM Sport V16 Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
249.8
|
249
|
249
|
249
|
249
|
Tenaga Maksimal
19
|
16.7
|
27
|
19
|
25
|
Kategori
Cruiser
|
Cruiser
|
Cruiser
|
Cruiser
|
Cruiser
|
Opsi start
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Rem Depan
Disc
|
Disc
|
Disc
|
Disc
|
Disc
|
|
Tren Cruiser
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor SM Sport V16 dari Zigwheels
- Motovaganza