First Ride: Viar E-Cross, Motor Offroad Berwujud Sepeda
Saya mendapat kesempatan langka, mencoba motor listrik prototipe Viar E-Cross. Dalam sesi ini bukan cuma test ride, tapi brand kuda besi asal Semarang juga minta pendapat saya soal pengembangannya ke depan.
Maklum E-Cross belum dilepas ke pasar. Spesifikasinya masih mungkin berubah. Harga pun, Viar masih menggodok. Rencananya kendaraan yang sebagian besar komponennya dikirim dari Cina ini, dijual pada akhir 2018.
Walau prototipe, E-Cross sudah layak diajak melibas jalan offroad. Hanya saja, memang siapapun penunggangnya, pasti butuh penyesuaian. Terutama karena dari sisi bentuk, lebih mirip sepeda dibanding motor. Lihat saja dimensinya yang ringkas, dengan tubuh kurus telanjang. Bobotnya diklaim sebatas 50 Kg karena penggunaan rangka aluminium alloy.
Persamaan lain dengan sepeda, tidak tersedia pijakan rem di kaki. Semua pengaturan pengereman ada di tuas tangan. Sisi kiri untuk rem belakang dan yang kanan khusus rem depan. Komponen spion dan lampu sein juga ditiadakan, menunjukkan bahwa spesialisasinya offroad.
Ketika berkendara dengan E-Cross pertama kali, ada rasa was-was. Terutama karena bobotnya sangat ringan namun performanya luar biasa. Sekali putar tuas gas, motor langsung melaju cepat tanpa jeda.
Sumber tenaganya sanggup melontarkan torsi puncak 25 Nm, dengan sumber tenaga dari baterai Lithium 60 Volt/32 Ampere. Viar mengklaim kemampuan ini mendekati mesin motocross konvensional berkapasitas 250 cc.
Bila sudah terbiasa, dipakai menanjak dan melahap turunan di jalan tanah sungguh bukan masalah. Kesempatan test ride dilakukan di daerah Gunung Pancar, Bogor, Jawa Barat. Cengkeraman ban pacul ramping 70/100-19, lumayan oke. Bila karet bundar belakang tergelincir sedikit, itu biasa. Kualitas pengereman juga baik, meski ukuran cakramnya sangat mungil persis sepeda.
Bantingan suspensi, patut diacungi jempol. Depan pakai upside down dan belakang monoshock multilink dari Fastace. Lewat jalan bergelombang, tidak pernah mentok. Laju motor juga cukup stabil saat dipacu cepat.
Kekurangan dari Viar E-Cross, menurut saya, ada di posisi kaki. Pijakannya agak ke belakang, sehingga terasa kurang rileks. Stang yang lebar sudah pas, ditambah jok cukup empuk. Meski sebenarnya saat offroad, bokong lebih sering mengambang.
Setelah dipacu berkali-kali oleh saya dan empat jurnalis lain, daya baterai E-Cross bisa dibilang hemat. Kurang lebih total perjalanan sekitar 8 km dengan posisi gas buka tutup semaksimal mungkin, indikator baterainya menunjukkan sisa daya 75 persen. Klaim Viar, bahkan motor ini total bisa menjelajah 100 Km dari posisi baterai penuh.
Menariknya lagi, pengisian daya sampai baterai kembali full, bisa dilakukan dalam tiga jam saja. Cuma untuk fakta yang ini, saya belum membuktikannya secara langsung.
E-Cross adalah langkah besar Viar untuk menegaskan diri sebagai brand motor listrik di Indonesia. Sebelumnya, mereka sudah lebih dulu memasarkan skuter listrik Q1. Di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018, juga dijanjikan dua produk elektrik lain siap meluncur.
"Kami berharap dengan hadirnya konsep-konsep kendaraan listrik, masyarakat semakin terbuka wawasannya," ujar Area Marketing PT Triangle Motorindo, Haryadi selaku pemegang merek Viar. (Lod/Odi)
Baca Juga: Test Ride Viar Q1: Pelopor Skuter Listrik Indonesia
Model Motor Viar
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Motor Viar Terbaru di Oto
Artikel Motor Viar dari Zigwheels
- Motovaganza