Jelajah Tana Toraja Bareng All New Honda BR-V: Kuburan Batu Lemo yang Tersohor
A1Perjalanan kami semakin berkesan ketika menjelajahi jalanan perbukitan menuju Gunung Nona Bambapuang di Kabupaten Enrekang, Sulsel. Kabupaten ini memiliki hamparan pegunungan yang luas, salah satunya Gunung Nona. Jarak dari Desa Pakkanna sampai ke Gunung Nona Bambapuang sekitar 120-an km dengan waktu tempuh berkendara 3 jam. Kami melewati jalan berkelok di daerah perbukitan selama lebih dari 2 jam. All New Honda BR-V yang kami pacu tak kerepotan meladeni setiap tipe tanjakan dan turunan.
KEY TAKEAWAYS
Apa nama rumah adat Tana Toraja dan apa artinya?
Namanya Tongkonan dari bahasa Toraja. Tongkon artinya duduk, tapi dalam arti yang lebih luas, Tongkon adalah tempat mendengar perintah dan petuah dalam menyelesaikan suatu persoalan.Siapa saja yang boleh dimakamkan di Kuburan Batu Lemo?
Kuburan ini terletak di dinding batu di atas bukit dan dulunya diperuntukkan sebagai makam kalangan bangsawan Suku Toraja.Jalanannya aspal mulus, meski di beberapa titik ditemukan kondisi jalan yang agak rusak dan permukaan aspal yang tidak rata. Di sini bantingan suspensi All New Honda BR-V 2022 tersebut teruji empuk, setir terasa berisi dan obyektif meladeni setiap tikungan. Jalanan sepi bikin kita semua keenakan, ditambah alamnya betul-betul ciamik. Kami sampai di Bambapuang jam 4 sore, kemudian menikmati berbuka puasa sambil bermalam karena besoknya kami harus melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja.
Selepas bermalam di Bambapuang, pagi-pagi sekali pukul 6.00 kami sudah jalan lagi untuk menuju destinasi utama yaitu Tana Toraja. Tujuan kami adalah kota kecil Makale yang jaraknya sekitar 70 km dari Bamba puang atau ditempuh berkendara dalam waktu 1 jam, 20 menit. Tak jauh dari kota Makale kami ingin mengunjungi Kuburan Batu Lemo, Desa Kete Kesu dan Desa adat Bori Kalimbuang.
Dari Bambapuang ke Makale, kami menemukan banyak sekali rumah tradisional di sepanjang jalan. Di antaranya ada yang masih berbentuk panggung. Makale adalah kecamatan yang juga menjadi pusat pemerintahan dan ibukota Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan ini terletak di ketinggian 1.500 m dari permukaan laut sehingga tak heran kalau kota kecil itu bersuhu sejuk.
Sehabis berkeliling kota Makale, dua All New Honda BR-V tipe Prestige dengan Honda Sensing sebagai varian tertinggi menuju Kuburan Batu Lemo. Di sini kami menemukan rumah-rumah adat Toraja yang menyerupai tanduk kerbau. Ada yang bilang mirip dengan perahu. Rumah-rumah tradisional tersebut dinamakan Tongkonan dengan bagian atapnya berdesain melengkung.
Tongkonan berasal dari Bahasa Toraja, yaitu Tongkon yang artinya duduk. Tapi dalam arti yang lebih luas lagi, Tongkon adalah tempat mendengar perintah dan petuah dalam menyelesaikan suatu persoalan. Dulu rumah Tongkonan dipakai sebagai pusat pemerintahan adat dan persatuan rumpun suku Toraja dan setiap tingkatan rumah itu ada artinya berdasarkan fungsinya.
Untuk membangun Tongkonan juga tidak gampang, harus mengandung nilai-nilai filosofi para leluhur. Misalnya, harus menghadap ke utara karena menurut kepercayaan, utara dianggap sebagai arah suci dan tempat bersemayam Puang Matua (sang pencipta alam semesta). Bagian atapnya dibuatkan lubang untuk jalan masuk dan berkah dari Puang Matua. Berdasarkan konstruksi bangunan, Tongkonan memiliki nilai filosofis mencerminkan dunia. Ada tiga bagian yaitu dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah.
Dari Makale, kami menuju Kuburan Batu Lemo. Di sini terdapat kuburan yang dibentuk di dinding bukit dan dulunya diperuntukkan bagi bangsawan Suku Toraja. Tradisi pekuburan dalam liang batu di Lemo sudah berlangsung sejak tahun 1650. Pertama kali digunakan atas perintah kedua adat setempat bernama Songgi Patalo, keturunan Puang Tomembuli Buntu.
Terdapat lebih dari 70 lubang batu kuno di dinding. Di situ juga tersimpan patung kayu (tao-tao/tau-tau) sebagai representasi dari mereka yang sudah meninggal. Menurut adat yang dipegang kuat, tidak semua orang Toraja bisa dibuatkan tao-tao hanya kalangan bangsawan saja yang berhak dibuatkan tao-tao dan itu pun setelah memenuhi persyaratan adat.
Dari Kuburan Batu Lemo, kami meluncur lagi ke Desa Kete Kesu. Jaraknya hanya 14 km dari Lemo dan juga menyimpan warisan nenek moyang. Sama dengan Kuburan Batu Lemo, Desa Kete Kesu juga terkenal ke mancanegara sebagai desa tua yang kaya dengan warisan budaya. Warga yang tinggal di sini masih mempertahankan adat dan kehidupan tradisionalnya yang telah diwariskan selama lebih dari 500 tahun.
Di sini juga terdapat kuburan baru yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Di dalam kubur batu yang menyerupai sampan atau perahu tersebut, tersimpan sisa-sisa tengkorak dan tulang manusia. Hampir semua kubur batu diletakkan menggantung di tebing atau gua.
Bangunan tradisional yang ada di sini juga sama dengan yang ada di Lemo. Ketika berada di sini, kami seolah-olah dilempar ke masa purba penuh hikayat. Benda-benda pertanian dan rumah tangganya pun masih tradisional. Mengingatkan saya pada Kampung Ciptagelar, sebuah kampung adat yang terletak di di kaki Gunung Halimun Salak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Masih sama-sama memegang teguh budaya dan adat istiadat yang diwariskan turun temurun ratusan tahun lamanya.
Desa Kete Kesu terdiri dari padang rumput dan padi yang mengelilingi rumah adat Tongkonan. Sebagian rumah adat itu ada yang sudah berumur 300 tahun. Di dekat rumah adat terdapat lumbung padi kecil dan batu menhir yang jumlahnya sekitar 20 buah. Ada juga makam adat yang sudah ditutup jeruji besi untuk mencegah pencurian patung tau-tau. Pada bagian luar dinding batu tempat makam berada diletakkan peti mati yang disebut erong yang berbentuk seperti perahu, kerbau dan ada juga babi dengan dihias pahatan atau ukiran.
Desa Kete Kesu telah menjadi kawasan cagar budaya dan pusat berbagai upacara adat Toraja yang meliputi pemakaman adat yang dirayakan dengan meriah (Rambu Solo), upacara memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka), serta berbagai ritual adat lainnya.
Dari Desa Kete Kesu kami menuju Bori Kalimbuang. Lokasinya terletak ke atas lagi dari Kete Kesu, berjarak sekitar 15 km. Perjalanan dari Kete Kesu ke Bori Kalimbuang harus melewati jalanan aspal yang sempit. Perlu ekstra hati-hati, terutama jika berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan. Untungnya ada fitur Lane Watch, yakni kamera yang membantu pengemudi pada saat ingin berbelok ke kiri.
Lane Watch bisa beroperasi secara aktif pada saat kita menyalakan lampu sein ke kiri sehingga pandangan pengemudi menjadi terbantu. Bisa juga diaktifkan secara manual dengan tinggal memencet tombol pada stik lampu sein di bagian kanan kemudi untuk membantu pengemudi memarkirkan kendaraannya.
Di Bori Kalimbuang juga terdapat situs pemakaman yang ikonik. Terdapat hamparan batu menhir warisan zaman megalitikum atau batu besar. Mengingatkan kita pada situs Stonehenge yang ada di Inggris. Terdapat 102 menhir yang terpasang dan berdiri dengan tegak di kawasan rante. Rante adalah kawasan tempat upacara pemakaman Rambu Solo dilakukan bagi penduduk tingkat tertinggi di Toraja.
Sama dengan Kete Kesu, Bori Kalimbuang telah menjadi obyek wisata terkenal dan mendunia. Oleh UNESCO, desa Bori Kalimbuang yang berdiri sejak tahun 1718 ini telah dinyatakan sebagai salah satu warisan dunia.
Bori Kalimbuang menjadi tujuan akhir perjalanan Xpedisi Tana Toraja Bersama All New Honda BR-V. Menurut kami, ini adalah sebuah perjalanan yang epik sekaligus ikonik yang pernah dilakukan oleh tim OTO Media Group. Tempat-tempat yang dituju dan rute yang dipilih out of the box, bukan rute yang menjadi pilihan banyak orang. Sekaligus membuktikan All New Honda BR-V dapat menjadi teman yang bisa diandalkan ke lokasi-lokasi keren, ikonik sekaligus berbau petualangan. (Eka)
Baca juga: Jelajah Tana Toraja Bareng All New Honda BR-V: Kampung Sutra Pakkanna
Baca juga: Menjelajah Keindahan Tana Toraja Bersama All New Honda BR-V
Jual mobil anda dengan harga terbaik
-
Jelajahi Honda BRV
Model Mobil Honda
Jangan lewatkan
Promo Honda BRV, DP & Cicilan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Honda BRV Terbaru di Oto
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Panjang
4453 mm
|
4435 mm
|
4515 mm
|
4323 mm
|
4455 mm
|
Lebar
1735 mm
|
1695 mm
|
1815 mm
|
1809 mm
|
1695 mm
|
Tinggi
1666 mm
|
1705 mm
|
1735 mm
|
1628 mm
|
1705 mm
|
Tempat Duduk
7
|
7
|
7
|
5
|
7
|
Jenis Transmisi
Manual
|
Manual
|
CVT
|
CVT
|
Manual
|
Mesin
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
1.5L Petrol Engine, In-Line 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve
|
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
1.5L Petrol Engine, 4 Cylinder 16 Valve DOHC
|
Anti Lock Braking System
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Radio AM/FM
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Jenis penggerak
-
|
-
|
FWD
|
2WD
|
-
|
Ground Clearance
-
|
-
|
-
|
170 mm
|
220 mm
|
|
Tren SUV
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Honda BRV dari Carvaganza
Artikel Mobil Honda BRV dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature