Hyundai Tak Tergesa Kembangkan Sistem Swakemudi
Di saat banyak pabrikan mulai mengarahkan perhatian pada sistem swakemudi (autonomous), Hyundai tampak tidak tergesa-gesa mengembangkan teknologi yang sedang tren. Pabrikan asal Korea Selatan ini, memiliki alasan kuat mengenai rencana mereka. Bahkan, dengan tegas, sistem swakemudi milik Hyundai masih lama pengembangannya dan tidak bisa sesegera mungkin.
Mobilnya kelak juga bukan listrik murni, seperti banyak konsep yang beredar. Woongjung Jang, director-advanced driver assist system Hyundai, memiliki alasan paling kuat. Konsumsi energi masih sangat besar dan sangat tidak menguntungkan. “Kami mengembangkan teknologi autonomous Level 4 dan Level 5, tapi yang seperti kita ketahui, konsumsi energinya sangatlah besar. Bisa mencapai 1 kW sampai 2kW, yang berdampak berkurangnya daya jelajah kendaraan listrik,” katanya dikutip dari WardsAuto.
Sebagai informasi, Level 4 dan Level 5 yang dimaksud merupakan pengklasifikasian dari SAE International (Society of Automotive Engineers) pada mode berkendara swakemudi. Level 4 merujuk tidak diperlukannya lagi intervensi pengemudi kepada mobil, tapi mobil hanya beroperasi di area yang terbatas sesuai kondisi tertentu, contohnya jalanan macet. Di luar situasi ini, kendaraan harus mampu membatalkan sistem jika pengemudi tidak mampu mengambil kontrol. Sementara Level 5, sudah serba otomatis tanpa perlu lagi campur tangan pengemudi. Alias sudah seperti layaknya robot.
Jadi, apa yang menjadi visi Hyundai pada teknologi swakemudi sangatlah serius. Permasalahan masih terkendala dari sisi energi yang digunakan sebagai sumber tenaga mobil. Jang mengatakan, chip computer yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi, bukanlah seperti Hyundai inginkan. Pengolahan data yang sangat ekstrem, membutuhkan banyak daya di mobil swakemudi. Karena itu, sistem penggerak listrik murni yang mengandalkan baterai, tidak efektif untuk mobil swakemudi Level 4 dan Level 5.
Mau tidak mau, balik ke teknologi yang sudah ada seperti plug-in hybrid, hybrid atau fuel-cell. “Kami tidak ada pilihan lain, tapi ini sangat masuk akal. Permasalahan ini terpecahkan, tapi tidak dalam waktu dekat,” tegas Jang. Mesin pembakaran konvensional bertugas menyuplai tenaga besar, tapi bakal butuh generator besar untuk mengumpulkan energi agar menjadi energi listrik.
Selain daya jelajah yang menjadi perhatian Hyundai, biaya menjadi alasan selanjutnya. Menurut mereka, mobil swakemudi sangatlah mahal dan di luar jangkauan mayoritas konsumen. Solusinya sama seperti pabrikan lain, menyasar segmen fleet terlebih dahulu. Nantinya menjadi penyedia jasa mobilitas yang tentunya dikenakan tarif untuk menyewa mobil swakemudi, tanpa perlu membayar jasa pengemudi. “Kami kira tidak bisa mencapai harga yang terjangkau sampai 2025, sampai kami dapat membawa teknologi ini ke pasar luas,” ujar Jang.
Banyak pabrikan dan supplier menargetkan 2020 untuk perkenalan kendaraan swakemudi. Tapi tidak dengan Hyundai. Petinggi Hyundai sendiri pernah berkata, belum ada mobil swakemudi yang sesuai untuk perkotaan sampai 2030.
Tapi tidak serta merta melupakan teknologi masa depan ini. Hyundai siap memperkenalkan sistem autonomous Level 2, bernama Highway Driving Assist. Sistem ini tersedia di beberapa model seperti Hyundai Genesis G70, G80, G90, generasi terbaru Sonata, Azera dan Santa Fe. Sistem ini sudah ada di pasar Korea sejak 2015, tapi baru diperkenalkan untuk pasar Amerika Serikat 2019. Kinerja mirip seperti sistem Autopilot milik Tesla. (Odi/RS)
Baca juga: Mobil Otonom Cegah Terorisme?
Sumber: Wardsauto
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Hyundai
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Hyundai Terbaru di Oto
Artikel Mobil Hyundai dari Carvaganza
Artikel Mobil Hyundai dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature