Begini Cara Kerja Nissan e-Power, Beda dari Hybrid Biasa
Senin (09/09) lalu OTO.com berkesempatan menjajal teknologi e-Power yang dipasang pada Nissan Note. Lokasi pengujiannya di Bridgestone Proving Ground, Karawang, Jawa Barat. Bila Anda menilai ini adalah sebutan khusus Nissan untuk teknologi hybrid, nyatanya tidak. Meski sama-sama memanfaatkan mesin bensin dan motor listrik, tapi cara kerjanya beda.
Teknologi e-Power masih menggunakan mesin konvensional berbahan bakar fosil. Namun, ia tidak terhubung langsung ke roda seperti hybrid, yang membantu kerja motor listrik ketika dibutuhkan. Jantung mekanis ini justru hanya bekerja sebagai perangkat pembangkit tenaga listrik. Lantaran ia terhubung ke power generator.
Skemanya begini: mesin tersambung ke power generator, lalu ke baterai. Kemudian sumber daya itu terhubung ke inverter, baru ke motor listrik yang menggerakkan roda. Inverter dibutuhkan sebagai pengubah arus, lantaran e-Power juga memiliki kemampuan regenerative energy yang dipanen dari sistem pengereman.
Untuk akselerasi, e-Power sepenuhnya berpegang pada output dari motor listrik. Beda dengan hybrid yang pada kecepatan tertentu mendapat bantuan dari dapur pacu konvensional. Tapi saat Note e-Power ditekan pedal gasnya dalam-dalam, mesin itu juga meraung cukup keras, guna menyuplai energi listrik yang besar ke baterai. Sehingga daya yang dimiliki tetap terjaga.
Karena menggunakan mesin sebagai sumber pengisi daya, e-Power tak membutuhkan charging seperti mobil hybrid dan listrik (electric vehicle). Ya, Anda tak akan menemukan colokan charging di Note. Konsumen cuma perlu mengisi bahan bakar. Mobil pun bisa terus bertualang sejauh yang diinginkan.
Ini tentu lebih praktis. Aktivitas menunggu mobil dicharge, yang membutuhkan waktu lama bisa terhindar. Sebagai informasi, dikatakan Nissan Motor Indonesia (NMI), volume tangki bahan bakar di Note e-Power mencapai 40 liter. Bila ia diisi penuh dan diajak berjalan, Note yang menggendong mesin berkapasitas 1,2 liter, mampu menempuh 1.400 km dengan konsumsi 37,4 km/liter. Baterai yang dipakai juga relatif kecil hanya 1,5 kWh. Nissan sengaja menggunakannya karena e-Power tak menjadikan baterai sebagai sumber daya utama seperti EV.
Menurut Jauhari Adzannis, Senior Manager Research & Development NMI, teknologi e-Power bisa dijadikan jembatan yang paling pas untuk transisi ke kendaraan elektrik. Mengingat infrastruktur pendukung seperti charging station, saat ini belum memadai. Kendati masih harus memakai bahan bakar minyak, tapi setidaknya e-Power dapat mengurangi penggunaannya. Dengan kata lain, ia jauh lebih ramah lingkungan dibanding mobil bermesin bakar konvensional. (Hfd/Odi)
Baca Juga: Mengenal Teknologi Nissan Leaf, Mobil Listrik yang Segera Dijual di Indonesia
Jual mobil anda dengan harga terbaik
Model Mobil Nissan
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Video Mobil Nissan Terbaru di Oto
Artikel Mobil Nissan dari Carvaganza
Artikel Mobil Nissan dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature