Pertempuran Motor Inggris dan Jerman: Triumph Scrambler 1200 XE VS BMW R nineT Scrambler
Triumph Scrambler 1200 XE dan BMW R nineT Scrambler disiapkan untuk tempur di segala medan. Tanpa kecuali mengacak-ngacak permukaan tahan, serta paling tidak siap sedikit menceburkan diri ke air. Tank Inggris dijual Rp 545 juta off the road sementara rekan dari Jerman agak lebih mahal, Rp 630 juta off the road. Lantas siapa yang lebih kuat?
Performa Mesin
Jerman selalu mengesankan dalam meramu rangkaian teknis kendaraan. Begitu pula yang tergambar pada R nineT. Lantaran Scrambler masuk dalam kategori produk heritage, mereka sengaja memasang seonggok mesin boxer di dalam rangka teralis. Tentunya sudah terkenal dengan performa luar biasa serta karakter suara khas BMW Motorrad.
Berkubikasi bersih 1170 cc dua silinder boxer, dengan empat katup radial per piston. Dari situ tenaga 110 Hp dapat keluar di 7.750 rpm. Berikut torsi super besar, 116 Nm pada 6.000 rpm. Ya, meskipun komposisinya overbore, namun jumlah dan momentum torsi tetap terjaga. Khas mesin tidur.
Diklaim bisa melaju sampai 200 kpj lebih. Dan rasanya begitu masuk akal. Mengingat tenaga segitu hanya menarik beban 220 kg. Menariknya lagi, mesin DOHC ini tak dapat bantuan radiator untuk mendinginkan suhu. Manajemen panas hanya dikontrol oil cooler, sementara sisanya mengandalkan udara. Tradisional.
Baca juga: Dua Kontestan Ulung Liga Italia, Pilih Vespa S 125 i-get atau Lambretta V125 Special?
Tentu menyoal mekanisme suplai bensin tidak konvensional. Pasokan bahan bakar menggunakan sistem injeksi elektronik. Sekaligus, emisi gas buang memenuhi regulasi Euro 4. Dan menariknya, konsumsi bahan bakar klaim masih berkisar 20 kpl. Alias tidak terlalu haus buat mesin besar.
Mengenai penyaluran daya, BMW memasang girboks enam percepatan manual ke roda belakang. Tapi itu bukan sajian utamanya. Penyambung roda bukanlah rantai, melainkan pakai drive shaft alias mekanisme yang mirip gardan mobil. Keuntungannya, di samping minim perawatan, sistem begini lebih tahan banting disiksa.
Triumph juga mempertahankan tradisi leluhurnya, memakai konfigurasi paralel twin. Malah kubikasi bersihnya lebih besar, 1200 cc SOHC delapan katup. Meski tak bisa dibilang kecil, tapi ternyata outputnya belum sebaik hasil racikan insinyur Jerman.
Daya maksimal basis mesin Bonneville mencatat 89 Hp di 7.400 rpm. Selisih 21 Hp rasanya bukan angka sedikit. Pasti cukup terasa di realitas. Untung saja jumlah torsi cukup mendekati dan dapat digapai dari putaran begitu bawah, 110 Nm/3.950 rpm. Mungkin akibat perbandingan diameter silinder dan langkah berdekatan, jadi karakter mesin beringas dari rpm bawah.
Soal manajemen suhu Triumph tak ambil pusing dengan gaya tradisional. Scrambler sudah dilengkapi radiator demi menjaga panas mesin tak berlebih. Sistem suplai bensin pun tentunya modern, mengandalkan injeksi elektronik. Sementara girboks, sama-sama diprakarsai transmisi manual enam percepatan. Hanya saja masih penggerak rantai, bukan gardan.
Baca juga: Adu Big Scooter Yamaha TMax DX vs Honda X-ADV, Mana Lebih Unggul?
Karena ini motor Eropa, tentunya emisi dipikirkan. Scrambler XE turut memenuhi regulasi gas buang Euro 4. Malahan, catatan konsumsi bahan bakar klaim berkisar 20 kpl juga.
Rangkaian Pengendalian
Jantung Triumph boleh dibilang telak dari BMW. Tapi tidak urusan pengendalian. Mengingat tugasnya juga mengobrak-ngabrik tanah, serta berbagai medan dinamis, tank Inggris sanggup menawarkan komponen pengendalian mumpuni. Jauh dibanding R nineT.
Struktur tubular dibantu fork upside down 47 mm buatan Showa, fully adjustable. Selain diameter tabung besar dan kuat, jarak mainnya sampai 250 mm. Alias sangat cukup untuk menerjang bebatuan besar. Momen mentok sepertinya tak bakal terjadi.
Begitu pula di belakang. Mereknya berbeda, mereka memilih dual shock buatan Ohlins dengan piggyback reservoir. Sama, fully adjustable. Sekaligur punya travel 250 mm. Otomatis membuat ground clearance-nya tinggi. Lebih leluasa menginjak permukaan apapun dari pada BMW.
Baca juga: Pilihan Moge Jepang Rp 200 Jutaan
Ditambah lagi memakai padanan ban ala trail. Di depan berukuran 21 inci dengan profil 90/90. Belakangnya17 inci 150/70. Kedua roda tentu disupport Pirelli Scorpion, fokus menggigit aspal dan tanah secara bersamaan.
Urusan deselerasi pun mumpuni. Rasanya dua cakram Brembo 320 mm kaliper empat piston di depan cukup untuk menahan laju kencang. Juga disc brake 255 mm kaliper dua piston belakang. Tak hanya ada ABS dua kanal, sensor cornering ABS terus menjaga kinerja rem jika sedang bermanuver tajam sekalipun.
Menariknya lagi, posisi fatbar dapat disesuaikan baik riser, removable spacer, serta sudut kemiringannya. Tinggal pilih mana yang nyaman buat postur pengendara. Foot peg juga begitu. Dapat diputar jadi tinggi atau rendah, supaya pengendalian optimal waktu di aspal dan offroad. Mekanisme sederhana, tapi banyak fungsinya.
Paparan komponen kendali Triumph jelas menusuk R nineT. Ia jadi tampak tak punya apa-apa. Perubahan dari basisnya ke varian Scrambler agak terlihat gimmick. Tidak seserius yang dilakukan Triumph.
Semisal dari fork, masih memakai teleskopik konvensional berdiameter 43 mm. Tanpa pengaturan apapun. Travelnya juga pendek, 125 mm. Ada potensi mentok saat benar-benar diceburkan ke medan berbatu. Apalagi saat berjalan kencang. Swing arm tunggal paralever belakang juga ditopang central shock ber-travel 140 mm. Untungnya fully adjustable.
Komposisi ban cenderung kecil. Di depan mengenakan ukuran 19 inci, profil 120/70. Belakangnya 17 inci 170/60. Meski sama-sama berkontur kasar, tapi ground clearance tak begitu tinggi. Secara kasat mata sudah dapat ditebak, kapabilitas offroad belum se-advance Triumph.
Tapi urusan penahan laju, kurang lebih sepantar. Vendornya sama-sama Brembo. Ukuran dua cakram depan pun 320 mm, dijepit kaliper empat piston masing-masing. Sementara belakangnya 265 mm diapit kaliper piston ganda. ABS dua kanal, tentunya jadi perangkat standar. Tapi tak disebut ada sensor cornering.
Fitur
BMW sepertinya terlalu dalam menganut konsep heritage. Sampai-sampai, tak punya fitur canggih sama sekali. Padahal rivalnya dari Inggris bisa mempertahankan nuansa klasik. Secara bersamaan melengkapi amunisi elektronik secara optimal.
Dari area kokpit misalnya, presentasi Triumph terbilang modern. Semua data disaji lewat layar TFT. Isinya jelas lengkap, terkait informasi fundamental sampai hiburan. Di situ Anda bisa mengatur cruise control, sistem navigasi, serta berbagai pengoperasian gawai. Komplet.
Mekanisme ride-by-wire membuatnya bisa memiliki riding mode. Total ada enam opsi: Road, Rain, Sport, Offroad, Offroad Pro, serta Rider-Configurable. Masing-masing mengubah respons bukaan gas. Berikut menyesuaikan sensitivitas kontrol traksi dan ABS. Mudah disesuaikan medan.
R nineT Scrambler, tampil begitu sederhana. Panel instrumennya masih didominasi analog – meski secara estetika memang enak dilihat. Kental nuansa lawas. Tapi bagaimanapun, mengorbankan banyak fungsi elektronik bukan ide bagus di motor semahal ini. Bahkan Automatic Stability Control (ASC) yang bekerja seperti kontrol traksi masih berupa opsional.
Desain
Jika suka tampilan maskulin dengan detail finishing elegan, R nineT jawabannya. Unsur rough Scrambler tetap kental, atas bekalan ban dan knalpot tinggi bercabang dua. Secara bersamaan nuansa mewah tetap terasa. Paling tidak jika dilihat dari cat tangki aluminium brushed dan jok kulit coklat. Simpel dan menawan. Khas buatan tangan Jerman.
Triumph Scrambler boleh dibilang tak se-aristokrat itu. Segala aksesori pelindung menempel, wujudnya benar-benar beringas. Bagi yang suka gaya ekstrem mungkin lebih cocok dengan ini. Namun kami rasa, jauh dari aura mewah. Paling tidak jika disanding BMW.
Simpulan
Walaupun keduanya tak kekurangan tenaga, tapi BMW menawarkan performa mesin lebih optimal. Setidaknya jika dilihat dari data kertas. Tapi kami yakin, selisihnya cukup signifikan dan bakal terasa di realita.
Sayangnya hanya itu yang membuat nilai jualnya tinggi. Triumph menyempurnakan antara performa dapur pacu, pengendalian, serta kontrol elektronik. Alhasil kalau dikatakan lebih kuat siapa, Scrambler 1200 XE harusnya memenangi pertempuran kali ini. (Hlm/Tom)
Baca juga: Pertarungan Sport Fairing Kelas Berat: Kawasaki Ninja ZX-10R VS Yamaha R1 VS Honda CBR1000RR
Komparasi Triumph Scrambler 1200 vs BMW R Nine T
Model Motor Triumph
GIIAS 2024
IMOS 2024
- Terbaru
- Populer
Anda mungkin juga tertarik
- Berita
- Artikel feature
- Terbaru
- Populer
Bandingkan & Rekomendasi
|
|
|
|
|
Kapasitas
1200
|
1170
|
1170
|
1200
|
1200
|
Tenaga Maksimal
89
|
110
|
110
|
78
|
96
|
Kategori
Cafe Racer
|
Cafe Racer
|
Cafe Racer
|
Cafe Racer
|
Cruiser
|
Opsi start
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Electric
|
Rem Depan
Disc
|
Cakram Ganda
|
Cakram Ganda
|
Disc
|
Cakram Ganda
|
|
Tren Cafe Racer
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor Triumph Scrambler 1200 dari Zigwheels
- Motovaganza
Bandingkan
You can add 3 variants maximum*- Merek
- Model
- Varian